Kuliah Kerja Luar Negeri???

Hi everyone, i'm back again after a looong of hiatus, probably because i'm too lazy to write hehe.
So today i want to talk about "Kuliah Kerja Luar" dimana ini merupakan salah satu subjek mata kuliah di Jurusan gue. I just wrote based on my experience and self observation on my senior and junior who took the same decission as my batch to have study excursion abroad.

Berawal dari tatap.
gak.


Berawal dari proses decission making dimana gue yang hanya rakyat jelata saat itu (bukan bph/Koor) tidak mempunyai pendirian. Maksudnya, at that time gue setuju, setuju aja kalo mau KKL di dalem negeri maupun Luar negeri, karena keduanya sama sama bagus dan akhirnya keputusan forum memilih untuk melaksanakan KKL di Luar negeri tepatnya di Singapura dan Malaysia. Sebenernya gue males bgt dengan adanya malaysia itu (karena gue rasis sama malaysia wkwk). Yaudah terlepas dari keputusan itu gue terima dan gue berusaha semaksimal mungkin di kepanitiaan, bahkan ketika koor gue lemah gue selalu coba ngingetin dan bantu dia buat ngerjain tugas2 divisi.

Sekian intermezo awal pemilihan KKLnya, sampailah kita ke hari H. Di Singapura kita cuma mengunjungi 2 tempat yaitu National University of Singapore (yang beneran kkl selebihnya jalan2) tepatnya Rajaratnam School of International Relations, dan ISEAS di NTU. Di NUS 3 orang perwakilan dari HI UNSOED melakukan research presentation, yang dilanjut dengan Q& A seputar researchnya. Sementara dari RSIS cuma pemaparan seputar prodinya dan promosi kuliah di sana :)) . Di ISEAS kita cuma dengerin presentasi dari pemaparnya dan sama dilanjut sesi tanya jawab.Abis tanya jawab para anak anak bermental inlander pada sibuk foto-foto padahal dengerin presentasinya aja engga :) . Sementara gue dan beberapa temen gue menuju perpus, disana kita amazed on how so many Indonesian / Indonesian related books on their library. Gue sempet bergidik takut juga sih karena dengan ke-realisan gue, gue mikir "mereka segininya ya tau tentang indonesia,dan neliti indonesia". Beberapa buku di perpus itu juga bisa dibeli yang barunya, terdapat pula stand jurnal dan paper mingguan terbitan ISEAS, setelah bertanya ke librariannya apakah itu boleh diambil , mba mbanya bilang boleh. Akhirnya gue dan temen gue memutuskan untuk ngerampok jurnal & paper wkwkwk bener2 gak mau rugi.

I don't want to talk to much about excursion in Malaysia because i almost gain nothing. Ke stasiun tv nasional yang gak lebih bagus dari stasiun tv nasional indonesia yang gue tau di Jakarta, dan ke kedubes RI di malaysia dimana ilmunya juga basic sih, seputar TKI dan jawaban2 dari staff disana yang mewakili diplomat/konsulatnya masih terbilang normatif bagi gue, it's like something that u heard a lot on television or you read on internet.

The conclucion is... based on my experience, sebenernya KKL di luar itu nirfaedah. Yang KKL "beneran" itu sekelas paling cuma 3-5 orang. Karena yang lain cuma ngintil buat jalan jalan aja. I was expecting KKL di luar oke nih gue bakal dapet ilmu baru yang bener2 fresh from the oven, seeing the new perspective, taunya mah ya gitu gitu aja. Bandingkan dengan pengalaman gue ikut seminar FPCI di kokas yang seharian itu, gilaaaa keluar dari seminar itu gue berasa pintar wkwk ya karena jawaban2 dari para praktisi dan akademisi disitu sangat real, gamblang, dan gak normatif. Pembicaranya juga keren2, banyak dubes atau staff kedubes yang di datangkan langsung kesana bahkan bisa buat sesi diplomatic course. Keren banget kan!!! Ikut seminar itu gratis vs KKL 4 hari bayar 4jt ilmunya banyakan dr seminar fpci itu. Disitu saya sadar kalau ternyata ego2 KKL di luar negeri itu di dukung dengan adanya mindset inlander yang melekat bahwa stigma "luar negeri lebih baik" padahal gak juga. Semua itu tergantung narasumbernya, materinya, kemampuan kita nangkepnya, sesuai gak sama tujuan KKLnya ,dsb. Padahal banyak lembaga think tank di dalem negeri yang bagus, NGO , dan UN Branch semua lengkap di dalam negeri.

---Masuk ke bagian julid---

I think KKL abroad adalah cara orang2 yang mau aji mumpung biar bisa keluar negeri dengan alasan "studi" (padahal intinya jalan2). Bahkan sepengetahuan gue CMIIW univ2 bagus kaya UI dan UNPAD gaada tuh anak HI nya KKL ke luar negeri. Bahkan univ swasta sekelas BINUS yang secara finansial pasti orang - orangnya mampu buat bayar KKL ke luar negeri gak melaksanakan KKL ke luar negeri (kkl mereka magang fyi) lebih berfaedah kan magang daripada studi pariwisata berkedok KKL ini. Mahasiswa - mahasiswa dari univ2 yang gue sebutin diatas itu, yang gue liat mereka kalo mau ke luar negeri dimasa kuliah yang mana berhubungan sama akademik, ya they really work for it. By their own effort dengan berbagai cara seperti ikut2 exchange, paper/essay competition yang hadiahnya keluar negeri, ikut MUN & Debat yang diluar, atau bahkan magang/become volunteer di luar. Lha anak univ gue, anak jurusan gue, didalem negeri aja cuma jago kandang, ikut ini itu jarang2. Begitu mau keluar maunya enak aja, beraninya keroyokan sekelas,jadi terkesan taking for granted. Studi banding katanya, apanya yang dibandingin? udah tau kan kualitas sendiri kaya apa? alih alih bikin termotivasi instead malah bikin ngerasa INFERIOR. Menipu orang tua dengan dalih "studi" padahal jalan2, dan main, dengerin orang presentasi ngoceh2 masuk kuping kanan keluar kuping kanan lagi (dicatet juga kaga, kebiasaan anak jaman sekarang). Gue tau gue terdengar judgemental banget tapi itu yang gue LIAT, dari observasi gue sama lingkungan HI gue sendiri. So please ya barangkali ada adek kelas gue yang baca ini, jangan jadiin KKL senior mu sebagai beban di angkatan mu yang buat kalian "harus KKL keluar" because no. You can get better than us both from experience & knowledge without spending much money like we did. Kasian orang tua, nyari duitnya gak gampang (kalo lo kaya, yaudah sana keluar negeri aja sendiri kenapa harus maksain temen2 lo yg ekonominya gak sama kaya lo buat ngikutin ego lo) dah susah2 nyari duit cuma buat ngongkosin anaknya jalan2 kaga dapet ilmu. Iya dapet pasti sedikiiit apapun dapet tapi itung pake rational calculation untung ruginya banyakan mana, apakah keuntungannya gak bisa di subtitute dan bener bener eklusif cuma "dipilihan" yang itu, kalo di dalem negeri ada yang sama, ya why not? kenapa perlu ngerasa inferior sama negara sendiri.

Dengan uang 4-6jt buat KKL 4-5 hari di luar negeri kalian bisa magang di instansi/lembaga-lembaga yang IR related di Jakarta. 4-6jt itu bisa buat ngekos+hidup di Jakarta sebulan. Sambil magang kalian bisa dapet bahan skripsi first hand dari tempat kalian magang (sesuaiin tempat magang sama topik skripsi misal ttg ASEAN ya magang di ASEAN, ttg international crime ya di INTERPOL ,dsb). Dengan uang 4-6jt kalian bisa ikut JOINMUN, PRESMUN, dan MUN MUN lain yang bertaraf internasional. Dengan 4-6jt kalian bisa ikut simposium/seminar internasional berkali-kali. Dengan 4-6jt kalian bisa tes TOEFL/IELTS atau les bahasa lainnya yang dimana itu bisa nambah boost up ur CV more than you write *study excursion at Singapore & Malaysia* .

Comments